Tahukah Kamu?

Mengapa Muallaf Lebih Memahami Al Quran dari pada Orang Islam Sendiri?

Mengapa seorang muallaf sejati lebih dapat memahami ayat-ayat Allah dalam Al Quran dari pada orang Islam itu sendiri?

Itu dikarenakan:
1. Seorang mualaf berdiri pada titik nol. Dia adalah orang yang menyadari bahwa dirinya belum tahu apapun dari ajaran Allah yang termaktub dalam Al Quran. Dia seperti selembar kertas yang masih bersih (kosong), belum terisi dengan ajaran-ajaran (Islam) yang telah tercemar.

Keadaan seperti inilah yang dikehendaki Allah membimbing seorang hamba  ke jalan-Nya.

Allah menerangkan dalam surah Al Bayyinah:2

رَسُولٌ مِنَ اللَّهِ يَتْلُو صُحُفًا مُطَهَّرَةً

“(yaitu) seorang Rasul dari Allah (Muhammad) yang membacakan lembaran-lembaran yang dibersihkan.”

Dan surah Al Waaqi’ah:79

لَا يَمَسُّهُ إِلَّا الْمُطَهَّرُونَ

“tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang dibersihkan.”

Ayat-ayat yang bersih (suci) bertemu dengan orang yang dalam keadaan bersih (berpikiran jernih, kosong dari ajaran lain yang terdistorsi).
Klop dan nyambung!

Berbeda dengan orang Islam kebanyakan yang menjadikan Al Quran hanya sebagai buku nyanyian dan hafalan. Mereka ini umumnya telah memiliki paham ‘tersendiri’ tentang Islam yang sayangnya telah terkontaminasi dengan ajaran nenek moyang, adat istiadat dan pandangan hidup masyarakat sekitar.
Sehingga ketika Allah mengatakan A, contohnya, pesan ini dimaknai lain oleh orang Islam ini. Ini terjadi karena begitu lihai para ahli kitab yang fasik memlesetkan kata A menjadi I, misalnya dan orang yang awam tersebut lebih percaya kepada fatwa si Ahli Kitab Fasik dari pada kata-kata langsung dari Maha Guru Sesungguhnya (The Real Rabbi).

2. Muallaf memiliki semangat juang yang tinggi. Mereka adalah orang yang menyadari kekeliruannya di masa lampau dan ingin memperbaiki kualitas hidupnya. Orang seperti inilah yang mampu merobah total hidupnya dari hidup nyaman bergelimang harta dan kedudukan menjadi hidup seadanya bahkan rela kehilangan jiwanya demi menyenangkan Allah Tuhannya.

Al Ankabuut:69

وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا ۚ وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ

Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.”

Bertolak belakang dengan umat Islam yang telah lalai dari tujuan hidup sebenarnya. Mereka telah disibukkan oleh kehidupan yang fana, fokus membangun rumah (kehidupan) duniawi yang akan mereka tinggalkan dan tidak memberikan manfaat di akhirat dan melupakan rumah ‘masa depan’ (Darul Akhirah) yang kekal dan akan mereka tempati.

Asy Syu’araa’:88-9

يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ
إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ

(yaitu) di hari harta dan anak-anak tidak berguna,
kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.”

Kecintaan seseorang kepada dunia melebihi kecintaannya kepada Allah adalah kefasikan yang menyebabkan Allah tidak memberikan petunjuk kepadanya.
Seperti yang dijelaskan dalam surah At taubah:24

قُلْ إِنْ كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُمْ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّىٰ يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ ۗ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ

Katakanlah: “jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya”. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.”

(bersambung)

Posted from WordPress for Android by Millah Ibrahim

Tinggalkan komentar